Teriakan
panitia memecah pagi buta yang hening. Mahasiswa baru (Maba) yang terlambat
berhenti berlari dan terpaksa mengikuti kakak panitia untuk mendengarkan
ceramah. Sungguh malang… mata yang berat untuk dibuka terpaksa terbuka tanpa
disiram air. Penampilan yang aneh, banyak barang yang tidak mesti dibawa harus
menempel di tubuh. Kesal memang kesal, tapi ini demi kebaikan maba ‘katanya’.
Tugas tidak buat, tidak membawa perlengkapan, pakaian tidak benar, semuanya
akan diluruskan oleh jurus tegas sie disiplin. Tangisan maba Matriks, teriakan
panitia semuanya lengkap memenuhi halaman HMJ Pendidikan Matematika.
Ternyata
itu hanya ilusi…. Semuanya hanya rencana….
Suasana
terang benderang dengan berkas-berkas cahaya lurus yang menembus celah-celah
kecil pohon. Ternyata pukul 07.00 pagi pada Senin, 26 Agustus 2013 maba Matriks
berkumpul di lapangan parkir atas Gedung B untuk melakukan absensi dan cek
perlengkapan. Bekas begadang OKK dan ratam MIPA masih terlihat tipis di sinar
mata maba. Maba yang melanggar akan dikenakan sanksi sepantasnya dengan
rasional yang jelas. Setelah semuanya beres dicek, dilanjutkan dengan gladi
upacara pembukaan. Pembukaan ratam harus dilakukan dengan tertib karena
dihadiri oleh dosen Pendidikan Matematika.
Waktu
yang cukup longgar dibandingkan tahun lalu ternyata tak mampu membuat semua
maba tampil sempurna. Banyak pula yang melanggar sehingga panitia terutama sie
disiplin harus memberikan ceramah yang menusuk hati. Name tag yang terlihat imut namun sesungguhnya begitu rumit membuatnya,
penuh dengan perhitungan, banyak pula yang salah membuat. Apalagi name tag adalah ‘nyawa maba’, semestinya
dibuat dengan benar dan dijaga supaya tidak robek. Tak hanya name tag, banyak hal lain yang dilanggar
oleh maba, seperti PKM, portofolio, dan lain-lain. Plagiat? Hmmm… masih juga
menjadi permasalahan dari tahun ke tahun. Kalau kesalahan yang satu ini sangat
parah memang. “Plagiat kamu Dik!” Mendengar
kalimat itu, terbayanglah tampang-tampang gugup para maba. Menunduk, menahan
gendang telinga supaya tidak pecah tentunya. Kasihan… Tapi itu memang salah mereka…
Nama
jelek plus cek sound-nya harus
disiapkan oleh maba. Berbagai tingkah lucu maba dengan cek sound unik mampu menghibur panitia. Ah, seperti punya adik kecil
yang bisa dijadikan penghibur. Tapi tidak semua maba menyiapkan cek sound, tentu saja itu tidak berlangsung
lama, kerabat Matriks akan membuatkan cek sound
untuk maba yang kurang siap itu. Waktu yang singkat terpaksa menghentikan
penindakan maba. Acara selanjutnya yaitu mendengarkan ceramah Ibu Parwati yang
lembut. Sifat ke-Ibuan beliau mampu membuka hati maba untuk menyampaikan
permasalahan yang mereka hadapi. Nyanyian sentuhan hati, suara merdu hampir
mampu menyulap seisi Gedung Seminar Undiksha. Mengapa hampir? Karena ada juga
maba yang tertidur lelap dalam ketenangan tersebut.
Masih
di ruangan yang sama dengan topik berbeda, “Sharing
PKM”. Sepertinya PKM tidak mau lepas
dariku. Mungkin ada maba yang berpikir seperti itu. Serius, tidak serius,
yang penting maba kenal dengan PKM. Kedua narasumber sepertinya geli melihat
tampang maba menahan kantuk. Tak masalah yang penting tidak semuanya tertidur.
Yang
ditunggu-tunggu akhirnya tiba, istirahat makan siang. Tapi hanya sebentar.
Pukul 13.30 wita mereka sudah berada di ruangan masing-masing untuk mengikuti
pengenalan materi kuliah sampai pukul 15.00 wita. Sepertinya mereka happy dengan kegiatan ini. Dan yang
paling penting maba tak tahu ‘rahasia hati’ kakak pemberi materi kuliah.
Biarlah menjadi pengalaman tersendiri.
Goyang
Ratam? Maba yang tak hafal ketahuan sekarang. Lapangan parkir Gedung B dipenuhi
oleh maba yang menunjukan aksi goyang ratam, hanya saat ini mereka tak malu menari
seperti itu di hadapan kakak tingkat. Setelah mendengarkan perintah merdu sie
acara, maba berjalan ke area HMJ untuk mencari biodata kakak tingkat. Inilah saatnya menggali potensi maba,
ha..ha..ha… Berbagai perjuangan dilakukan oleh maba untuk merenggut tanda
tangan kakak tingkat. Seketika ramailah halaman HMJ dengan sorakan.
“Kak,
minta tanda tangan Kak.”
“Mana
name tag-nya Dik?”
“Dirobek
Kak.”
“Kenapa
dikasi?”
“Ya,
tadi dipaksa Kak.”
“Seharusnya
kamu menjaganya Dik, kamu tahu? Name tag itu
nyawa buat kamu Dik. Ingat ya!”
“Ya
Kak.”
Bisa
dibayangkan kegelian wajah panitia melihat wajah maba imut, gugup. Pasti Si
Maba serba salah ni. Kesal ya… ha..ha..ha… Semua itu untuk menguji mental maba.
“Goyang
ratam dulu, Dik…”
“Tidak
hafal Kak.”
“Masak
nggak hafal, kalau gitu cek sound
dulu Dik…”
“Belum
punya nama jelek Kak.”
“Yah,
payah kamu Dik, buat dulu cek sound,
baru dapat ttd.”
Itu
salah satu adegan maba dengan kakak panitia.
Perintah
tegas akhirnya terdengar. Tak sampai 5 menit maba sudah berkumpul di depan
panitia untuk menunjukan hasil ttd yang didapatkan. Sungguh apes maba yang tak
dapat 25 buah ttd. Penindakan pun dimulai lagi… semua itu karena banyak maba
yang melanggar, ya, seharusnya memang diceramahi untuk kebaikan mereka. Setelah
diceramahi habis-habisan, saling berpandangan berpasangan, akhirnya…………….
“Kalian
semua lulus ratam!”
Teriak
gembira meledak dari maba. Betapa bahagianya……. Tetap saja mereka tidak
menyangka, ratam yang seharusnya 4 hari menjadi 1 hari. Sungguh satu hari yang singkat
dan berkesan.
Apapun
yang dialami oleh maba selama ratam yang singkat itu, tentu akan menjadi
kenangan dan pengalaman yang tak akan terlupakan. Seiring berjalannya waktu,
mereka akan menyadari betapa pentingnya ratam untuk menyiapkan mental sebelum
terjun dalam perkuliahan. Tentu tanpa dipaksa mereka akan membisikan, “Terima
kasih Kakak.”
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan Tinggalkan Pesan...!